Rabu, 29 Juni 2016

Pulang Kampung,


Dengan jauh berjalan akan banyak terlihat berbagai macam sudut pandang, maka apapun di dunia ini akan mudah kita dapatkan dengan kemampuan komunikasi yang tinggi. Namun hal tersulit adalah ketika kita kembali ke daerah dimana kita dilahirkan, untuk membuktikan perjalanan panjang kita yang tidak hampa. (Enkast) 

Naluri, 


Naluri manusia itu seperti air yang mengalir kesegala arah, meskipun arah itu adalah tumpukan bubuk racun yang sangat mematikan…hanya sifat professional lah yang membuat air itu tidak menjadi air racun. (Enkast)

Selasa, 28 Juni 2016

Mereka sebut masalah, saya sebut hikmah

Kebahagiaan orang yang tidak kreatif sama dengan kesulitan para pemikir, yaitu ketika masalah tidak pernah datang menghampiri hidup mereka. (Enkast)

Suara-suara kecil,


Dengarkan dengan seksama suara-suara kecil didalam pikiran kita, tulislah dengan bahasa yang baik, atau sampaikan dengan kata-kata yang lembut..sampai hati orang bergetar dan cukup untuk membuat kesejukkan hati mereka yang mendengarnya.  
(Enkast)

Angin Timur

Kita hanya punya sedikit waktu di dunia ini, laksana angin timur menari dengan keanggunannya dan menghilang ditelan waktu, duduklah disisiku dan kita bicara tentang ringai bingai kehidupan, bukan kehampaan atau keputusasaan.


(Endani, Banjarmasin 2011)

Senin, 27 Juni 2016


Alunan Yang Indah,
Biarlah musik itu mengalun dgn indahnya...membuat kita sedikit bercerita tentang masa lalu yang indah atau masa depan yang masih menjijikkan...atau tentang dirimu saja sampai aku trlelap dan terlepas dari penat dunia ini......

(Endani, Banjarmasin 2011)

Ranting kehidupan,


Wahai Manusia yang begitu agung jasanya, begitu tulus hatinya........
Kau takkan pernah punya akhir dari sebuah kenyataan
Apapun yang kalian lakukan, dimanapun kalian berlindung, Kalian takkan pernah bisa berlari dari cinta yang sebenarnya....
Cinta dari hati kalian sendiri untuk sebuah pengorbanan dan pengabdian……..
Meskipun sayap-sayap cinta lain telah menghampiri dan bertengger pada ranting kehidupan kalian, yang sebenarnya kalian tidak mengetahui darimana sayap-sayap cinta itu tercipta.

(Endani, Pagatan 2009)

Semakin Asing,
Keangkuhanku membumbung tinggi bersama awan-awan putih, bebas menyatu dengan kekhilafan dan kebanggaan tersendiri, saat itu kehidupan begitu kecil dalam genggaman jemari-jemariku  yang begitu lemah,  tiba-tiba semuanya terhenti dengan kesadaran yang menyentak.  Susunan kalimat indah dan penuh retorika itu masih ada diantara barisan catatan keraguan dan masih lekat mengalir bersama dinginnya darah, karena sesosok biasan bayangan semu hadir dalam kehidupanku dan mengisi hari-hariku. semakin aku mendekat  namun semakin jauh terasa, semakin aku mengenalnya  namun  semakin asing bagiku...ternyata aku kecil diantara yang besar, ternayata aku bergantung diantara yang tinggi, dan ternyata aku lemah diantara yang kuat. Kesombongan itupun mulai padam ketika dia berisyarat, ketika dia bercerita, dan ketika dia bersenda gurau.....meskipun tersenyum sedikit dan banyak berbohong adalah keistimewaannya, namun penghormatan disekitarnya tidak pernah pudar, sekalipun itu raja atau kuli, kerabat atau orang lain.....angin tetap bertiup kencang, tapi rumput itu terlihat dengan tenangnya. Entah aku hanya menemani usianya yang sepi dengan kelemahanku atau ini adalah garis hidupku yang baik, tapi apapun itu, aku bahagia dengan ketetapan Tuhan, meskipun hanya sedkit sekali yang dapat kumengerti dari hidup ini.
(Endani, Banjarmasin 2010

Minggu, 26 Juni 2016

Hikmah  dari  ketenangan,




Setiap aku bertemu lagi dengan mereka, aku akan menjadi pendengar yang baik  apapun yang ingin mereka katakan dan keluhkan …Aku merasa saat itu bagaikan seorang yang telah menyaksikan kebesaran Babilonia. Dengan banyaknya  rahasia Tuhan pada  takdir dan nasib yang melanda hidup mereka, aku bagaikan melihat sebuah keajaiban Najaret di Yordania. Ketika melihat anak pengemis yang mengelus  kepala saudaranya disaat terik matahari yang panas, aku bagaikan  berbincang-bincang dengan Nelson Mandela. Ketika melihat mereka menangis dan berkeluh-kesah, aku bagaikan berdebat dengan Pendeta-pendeta Asyiria. Dan ketika melihat kesabaran dan rasa syukur pada Tuhan dari wajah mereka atas berkah yang diberikan meskipun hanya sedikit, seakan aku telah mengumpulkan hikmah dari ketenangan India. Aku mendengar semua yang dapat kudengar, aku melihat semua yang dapat kulihat, dan aku merasakan semua yang dapat kurasakan, meskipun sampai saat ini pikiran dan hatiku masih terasa kosong, aku masih haus dengan jutaan cerita dari hidup mereka…

(Endani,  Jakarta 2010)

Rahasia yang tak bertepi,

Terkadang sifat kekejian yang begitu besar telah menutupi tubuh dari kemunafikan kita sendiri, tapi begitu mudahnya hal itu bisa ditutup kembali dengan sifat baik lainnya sehingga tak tampak oleh mata  yang memandang, atau mengambil  setetes air asin, maka dengan mudahnya ditemukan seluruh eksistensi rahasia samudra luas yang tak bertepi. Kedua hal tersebut masih mudah untuk dipahami, sangat berbeda sekali dengan hati perempuan, terkadang apa yang kita liat dari sisi yang tampak, ternyata bukan pada sisi lainnya. Aku yakin, tidak akan pernah ada seorang pun di dunia ini bisa menebak  apa yang menjadi makna dari penciptaan mahluk indah ini, selain dengan bahasa dan hukum kemanusiaan, serta apa yang diinginkannya setiap detik.
(Endani kk,  Jakarta 2009)

Yang telah lalu,

Pengalaman terkecil dan biasa-biasa saja yang telah kita terima dari hidup ini, bisa menjadi sesuatu yang luar biasa, bila kita bisa membuatnya lebih berharga. Itulah kenapa istilah “Experience is the best teacher” membuat orang-orang bijak dan sukses selalu menggemakannya keseluruh dunia untuk saudaranya, tapi terkadang manusia memiliki pilihannya sendiri untuk membuat hasratnya terpenuhi, kadang dengan  sifat tamak dan iri yang berlebihan, sehingga tidak pernah mau belajar dari sebuah pengalaman, itulah kenapa juga istilah Jutaan butiran racun tertimbun pada tanah yang penuh berkah” selalu mewarnai kegagalan hidup pada drama manusia di muka bumi ini. (Enkast)



Dalam Ketiadaan,

Tidur lelap itu mengikat lelahku sesaat, aku terbangun saat malam menutup jubahnya dan kaki rusa mulai terdengar......Aku bahagia disiang itu hingga ritual kesucian bebas terlepas dari ketetapan takdir hidupku.....


Senyum dengan niat kebaikan itu masih memenuhi ingatan.....jemari sapaanpun masih berjalan dibalik kehangatan pengabdian dan emosi. Sesedikit kebodohanku muncul, tapi kesederhanaan itu masih menatap tajam dengan ajaran baiknya. Tidak pernah ada pujian apapun ketika musim pasangku tiba, tapi tidak pernah jauh sedikitpun ketika musim surutku datang......aku sangat menghormatimu ketika ingat kau menagajariku dengan sabar, aku sangat menyayangimu saat kau menemaniku dalam keadan tiada, dan aku sangat merasa hancur ketika bara panas yang itu dikepalamu.....sementara tangan hangatmu mengangkatku dalam ketiadaan...........
Aku berjanji sampai kapanpun ikatan ini tetap erat dalam kehidupan.......entah kita berada diatas jalan yang terjal, disamudra yang begitu dalam dan asin, atau ikatan emosinal yang hampir putus karena sekedar prinsip hidup kita. Kita akan selalu jalani ini dalam sebuah kebaikan, aku akan selalu berusaha mengerti bahwa dibelakangmu ada rentetan-rentetan kehidupan kecil yang selalu tersenyum yang memerlukan tanggung jawabmu berupa piring-piring kecil keberkahan, kadang mereka membuat kita menangis, kadang juga tersenyum.......
(Banjarmasin, 2010)

Substansi Kehidupan,
Aku ingin sekali hidup diatas lahan kebahagiaan, sebuah lahan hasil dari beberapa harapan yang pernah kugoreskan pada setiap tulisan di buku kecilku, sebuah harapan, kerinduan, dan hasratku untuk menuju ketitik sempurnaan pada hidup ini. Akan tetapi kehendak nasib yang sangat kuat telah menuntunku ke dalam pangkuan yang lain, dan memaksa pikiranku untuk berpikir tentang itu yang sebenarnya adalah substansi keberadaanku sendiri di dunia ini. Namun begitu sulit untuk dipahami……..!!
(Endani,  Makassar 2010)

Berekspresinya Manusia,


Kicauan beberapa ekor burung yang sangat indah dan merdu di udara saat mereka terbang bebas adalah simbol kebebasan berekspresi manusia, tapi terkadang burung-burung itu tidak pernah membayangkan akan ada beberapa timah panas menembus sayapnya oleh seoarang pemburu, hingga burung itu jatuh terkapar tanpa ampun sedikitpun, seperti itulah manusia saat ini, terlalu bebas melupakan kasih sayang keluarganya atau orang yang mencintainya karena kepentingan dan kesenangan pribadinya semata, tanpa pernah berpikir pada saat ini, besok, atau lusa mereka sudah berada tepat di depan gundukan tanah yang bertaburan bunga-bunga kecil dan wangi, masih basah dan merah dari orang-orang yang mencintainya, dan itu adalah hal yang sangat menyedihkan dan menyakitkan. Cobalah selalu menyentuh tangannya, mencium keningnya dan yakinlah ada kebahagian batin yang tidak pernah bisa engkau bayar dengan apapun di dunia ini, dan sebagian dari mereka adalah ayah dan ibumu.
(Endani kk, Yogyakarta  2010)

Kesamaan Persepsi,

Dunia politik adalah pergolakan yang sangat dinamis dan panggung keabadian bagi orang-orang yang cerdas. Kepentingan pribadi akan menjadi racun, tapi pintar mengemasnya dengan kesamaan persepsi akan menjadi vaksin dari seluruh eksistensi manusia-manusia yang ada didalamnya, walaupun tidak ada yang menjamin apakah didalamnya kebaikan atau keburukan, bahkan kemunafikan yang sangat ditoleransi. (Enkast)


Kami Sebut Kemut & Karamunting


.....ini adalah buah yang sering kami temukan  yang tumbuh di semak belukar di daerah kami pada saat masih kecil, ada yang menyebutnya buah liar, buah unik, buah langka, sampai ada yang menamakan buah makanan ular, sampai sekarang pun saya masih belum tau namanya apa dalam bahasa yang baku, karena kami terbiasa menamakannya buah kemut (kuning) dan buah Karamunting (ungu)...

tidak ada yang istimewa pada buah ini, baik bentuk atau rasa, tapi setiap melihat buah ini flashback akan menyelimuti pikiran saya, tak terlepas teman-teman saya yang mengingat masa kecil mereka, kadang tidak menyadari mereka langsung bercerita tentang kebebasan dan kegembiraan saat masih kecil, tapi kalau dipikir mana ada sih anak-anak yang tidak bahagia dengan pikiran pendeknya, bebas bermain-main dengan kepolosan, dan tanpa rekayasa hidup sedikitpun, yang selalu bermimpi besar seakan semuanya mudah didapatkan.... tapi apapun itu saya akan menjadi pendengar yang baik untuk mereka! Mereka pun mulai bercerita masa kecil, bermain layang-layang, kelereng, main benteng, main asin, dan saya akan tersenyum lebar sambil ikut membayangkan masa kecil saya dulu.....
Kematian!...satu kata ini yang membuat susasana hening tanpa suara, satu kata tapi banyak menjatuhkan air mata, membuat siang seperti malam gelap gulita, dengan satu kata ini membuat sebuah keluarga bergelut dengan kemiskinan, membuat seorang anak menjadi yatim menjadi piatu, satu kata membuat sebuah Negeri menjadi sunyi, dan satu kata ini juga bisa memutus persahabatan dan cinta yang  melekat dan tak pernah lekang oleh waktu, itulah kematian, sebuah kata yang pasti, tidak bisa ditawar, dan tanpa toleransi sedikitpun....

tapi bukankah sebelum kematian ini ada kehidupan yang selalu menyelimuti kita dengan hal-hal terbaik, dengan momen-momen yang indah, kita bunuh waktu setiap saatnya dengan lembaran-lembaran hari yang penuh kebahagian, kita duduk berdua dan sangat dekat dengan hati yang selalu dibalut oleh mimpi-mimpi besar kita, harapan-harapan kita yang dipenuhi kesejukan dan ketenangan....sungguh indah sekali mozaik kehidupan ini kita lewati, singkat dan penuh kebahagian...kamu memang sudah tidak ada lagi di kehidupan ini, tapi saya masih punya satu lembar foto kamu, meskipun kusam tapi terisi dengan wajah dan senyuman yang sangat manis mempesona....
terimakasih atas kebaikan dan keindahannya.....selamat jalan kawan dan kita bersahabat sampai mati....
(Endani kk, 2014)

Selimut Pikiran,

Pertama kali aku melihatnya karena  matanya yang  indah dan pesonanya seakan lahir dari kecantikan Tuhan...Hening senja itu dibalut dengan nafas kegelisahanku, saat semua pandangan dan harapan menatapnya tajam untuk memilikinya, tapi aku hanya malaikat tua yang tersesat dalam Kegelapan....
Keasingan pikirannya telah menyentuh potongan-potongan asa dalam hidupku, aku mendekatinya dengan ketulusan kadang dengan sedikit kebohongan pada waktu itu...dia tetap pada diamnya...
Bicaranya lembut, selembut ketabahan dan kesabarannya menyikapi kekuranganku, aku melayang dengan segala kebaikannya...aku lemah ketika angin segar itu terus menyelimuti pikiran dan kelemahanku.....
Saat aku memeluknya dalam keindahan saat itulah aku merasakan ketenangan, ketenangan yang menyatu dibalik semua tawa dan marahnya.....
Tidak akan pernah habis apa yang harus kusampaikan tentang faras dan kehidupannya disini, tapi bisa kubagi dengan apa yang kurasakan saat ini, yaitu tentang kebaikan, ketulusan, keindahan, dan harapan yang baik.....
Aku mencintainya dengan segala keterbatasankusemoga kesejukan terus menyentuh kehidupan kami, seperti kelembutannya memanggil angin dengan bunyi-bunyian dari lekuk bibirnya yang sangat indah...aku mengusirnya, tapi angin itu tetap mendekapnya dengan segala persahabatan manusia dan alamnya......
(Enkast, 2010)



Diantara yang Suci,

Cahaya putih itu bersinar, dan memberikan sinar terang kesucian diantara yang suci  dan diantara yang ragu akan kebenaran. Aku berjalan dibawah kubah ilmu pengetahuan, terkadang kejeniusan itu berkurang bahkan berpaling sesekali saat cahaya itu menyilaukan mata dipagi hari......
Harapan bahkan kerinduan menyiksa kesunyian...tapi engkau adalah lonceng yang berbunyi, sementara  aku adalah teriakan manusia yang kadang menggema sisi kecil dunia. Seakan semua rasa adalah keyakinan yang berbeda, padahal  hanya perbedaan sikap dan warna kehidupan.....
Dan inilah saatnya aku mulai belajar membedakan sebuah kenyataan, antara harapan dan penghargaan.
(Endani, Banjarmasin 2011)  

Nafasmu diantara Hawa dingin,  

Rambut itu tergerai dan terus tergerai sampai kapanpun, meskipun angin segar berhenti mengayun sunyi….
Tatapan itu masih terasa hidup dan terus melintas, menyelinap diantara sela kehidupanku yang sudah rapuh…..
Bukan simbol atau tulisan kecil yg selalu menghiasi topeng kehidupanku, tapi impian indah untuk dapat berlari dari perasaan hati yang begitu hancur, layaknya anak kecil yang terus berteriak keras mencari ibunya dibalik pegunungan - pegunungan yang terjal….
Aku ingin nafasmu berlari diantara hawa-hawa dingin, hingga angin timur  membawanya dan menembus setiap kepulan asap putih yang menghiasi wajahku disetiap malamnya…
Seakan tidak ada kebohongan apapun di dunia ini ketika keindahan itu datang, seperti harapan untuk berlari kencang, namun kursi pesakitan itu terus mendekat.
Seakan tidak ada kelelahan apapun di dunia ini, seperti kuli angkong yang menatap  manis seorang putri cantik tumpangannya, sungguh keringat dingin dibalik senyuman yang indah pada hari itu.
Biarkan kehidupan itu berjalan dengan teka-tekinya, sore itu aku menyentuh tangan hangatmu, mungkin besok dan seterusnya akan kehilanganmu. Aku ingin embun sejuk itu masih menyentuh daun, mungkin bukan daun tipis yang  tumbuh sekarang, Tapi tunas baru dari buahnya.
Dan saat-saat seperti inilah aku benar-benar memahami kalau cinta itu memang tidak harus memiliki.

(Endani kk, Bandung 2011)