Nafasmu diantara Hawa
dingin,
Rambut
itu tergerai dan terus tergerai sampai kapanpun, meskipun angin segar berhenti
mengayun sunyi….
Tatapan
itu masih terasa hidup dan terus melintas, menyelinap diantara sela kehidupanku
yang sudah rapuh…..
Bukan
simbol atau tulisan kecil yg selalu menghiasi topeng kehidupanku, tapi impian indah untuk dapat berlari dari perasaan hati yang
begitu hancur, layaknya anak kecil yang terus berteriak keras mencari ibunya
dibalik pegunungan - pegunungan yang terjal….
Aku
ingin nafasmu berlari diantara hawa-hawa dingin, hingga angin timur membawanya dan menembus setiap kepulan asap
putih yang menghiasi wajahku disetiap malamnya…
Seakan
tidak ada kebohongan apapun di dunia ini ketika keindahan itu datang, seperti
harapan untuk berlari kencang, namun kursi pesakitan itu terus mendekat.
Seakan
tidak ada kelelahan apapun di dunia ini, seperti kuli angkong yang menatap manis seorang putri cantik tumpangannya,
sungguh keringat dingin dibalik
senyuman yang indah pada hari itu.
Biarkan
kehidupan itu berjalan dengan teka-tekinya, sore itu aku menyentuh tangan
hangatmu, mungkin besok dan seterusnya akan kehilanganmu. Aku ingin embun sejuk
itu masih menyentuh daun, mungkin bukan daun tipis yang tumbuh sekarang, Tapi tunas baru dari buahnya.
Dan
saat-saat seperti inilah aku benar-benar memahami kalau cinta itu memang tidak
harus memiliki.
(Endani kk, Bandung 2011)