Minggu, 26 Juni 2016


Nafasmu diantara Hawa dingin,  

Rambut itu tergerai dan terus tergerai sampai kapanpun, meskipun angin segar berhenti mengayun sunyi….
Tatapan itu masih terasa hidup dan terus melintas, menyelinap diantara sela kehidupanku yang sudah rapuh…..
Bukan simbol atau tulisan kecil yg selalu menghiasi topeng kehidupanku, tapi impian indah untuk dapat berlari dari perasaan hati yang begitu hancur, layaknya anak kecil yang terus berteriak keras mencari ibunya dibalik pegunungan - pegunungan yang terjal….
Aku ingin nafasmu berlari diantara hawa-hawa dingin, hingga angin timur  membawanya dan menembus setiap kepulan asap putih yang menghiasi wajahku disetiap malamnya…
Seakan tidak ada kebohongan apapun di dunia ini ketika keindahan itu datang, seperti harapan untuk berlari kencang, namun kursi pesakitan itu terus mendekat.
Seakan tidak ada kelelahan apapun di dunia ini, seperti kuli angkong yang menatap  manis seorang putri cantik tumpangannya, sungguh keringat dingin dibalik senyuman yang indah pada hari itu.
Biarkan kehidupan itu berjalan dengan teka-tekinya, sore itu aku menyentuh tangan hangatmu, mungkin besok dan seterusnya akan kehilanganmu. Aku ingin embun sejuk itu masih menyentuh daun, mungkin bukan daun tipis yang  tumbuh sekarang, Tapi tunas baru dari buahnya.
Dan saat-saat seperti inilah aku benar-benar memahami kalau cinta itu memang tidak harus memiliki.

(Endani kk, Bandung 2011)   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar